Opini - Di jagat social media maupun kehidupan sehari hari, mungkin kita masih sangat sering mengetahui istilah
main-stream. Ada yang tahu, namun beberapa orang masih kurang begitu memahami pengertian kata kata itu.
Main-stream mempunyai makna sebuah kebiasaan yang terjadi secara umum, bisa juga disebut tradisi atau pola pikir yang dipakai hampir semua orang.
Dalam dunia marketing, sering kita mengenal istilah strategi, dimana berhubungan erat dengan pola pikir dan teknis memasarkan itu sendiri yang semua dirangkum dalam sebuah konsep. Strategi pun ada yang bersifat
mainstream, namun ada pula yang sedikit diluar kebiasaan pada umumnya atau
anti-mainstream.
Perkembangan dunia marketing, terkadang memerlukan sebuah gagasan yang baru, dan anti
main-stream. Namun, ada pula yang terbiasa memakai pola
anti-mainstream untuk target yang cepat, meski dengan budget yang luar biasa besar dan mahal, karena menyangkut sebuah eksklusivitas atau kekhususan dan original alias belum pernah ada. Dan klien tipikal anti mainstream inilah yang sering menjadi mitra kami selama ini, mulai dari distributor makanan ringan, owner radio, hotel, bank, resto bahkan properti dan artis indie. Namun hanya mereka yang siap dengan saran dan prasarana mulai penyediaan material yang mendukung upaya pemasaran serta budgeting yang sesuai yang bisa benar benar menangguk kesuksesan besar. Saya rasa memang segala sesuatunya akan sebanding, sesuai pilihan.
Dengan cap anti mainstream yang melekat pada kami didunia marketing, kami sengaja tidak pernah menerapkan pola strategi yang sudah menjadi
main stream, atau standart.
Dewasa ini, banyak pengusaha yang bisa disebut kaya dalam hal modal, namun belum tentu kaya ide, begitu pula sebaliknya. Itulah kenapa, keduanya mesti dipersatukan agar terwujud konsep kerjasama yang masing masing bisa saling mengisi untuk bersaing secara sehat dengan mengatur modal berdasar strategi yang tepat, agar modal tidak menguap sia sia.
Kali ini, topik artikel akan memfokuskan bagi klien
anti-mainstream, dimana umumnya mereka sudah berupaya namun target belum sesuai. Berdasarkan itulah seolah olah mereka secara tidak langsung menuntut kita untuk membuat ide dan gagasan yang baru, dengan konsep yang tingkat prosentase keberhasilannya mencapai 70% tepat sasaran, 30% ditunjang dari teknis pelaksanaan atau cara kita melaksanakan, termasuk dengan orang orang yang tepat yang kita ajak menjalankan teknis tersebut atau meminjam istilah
the right man on the right place. Kedua jenis itu seringkali kita lupakan, dimana teknis konsep strategi marketing biasanya hanya pemilik konsep yang tahu akan detailnya.
Beberapa trik marketing kami yang sedikit
anti-mainstream biasanya melekat pada promosinya atau strategi awal. Misalnya, kami pernah memajang sebuah poster dan mengajak anak anak SD untuk berpose didepan poster produk makanan anak anak, di tahun 2001. Masih belum kenal istilah
selfie atau
wefie. 100% gagasan itu original dengan support perusahaan yang mau menyediakan marketing promo. Dan apa yang terjadi diluar perkiraan. GOAL dalam waktu 1 minggu teknis pelaksanaan dan target tercapai 1000%. Semua ide mengalir spontan, dan kami kerjakan sendiri. Alhamdulillah.
Di medio 2004, ketika merintis bisnis retail, kami menemukan ide promo penjualan via broadcast sms, waktu tarip sms masih 350 rupiah/sms. Dan belum ada yang memakai strategi tersebut hingga akhirnya booming. Strategi itu berhasil memacu pertumbuhan bisnis retail tersebut dalam kurun waktu 6 bulan. Dan strategi yang sama masih kami terapkan pada jenis usaha lain dengan segmen produk lainnya.
Jika pada sektor properti, kami juga pernah menerapkan strategi tersebut dan cukup berhasil. Namun mungkin sekarang, strategi promosi itu sudah tidak relevan,
mainstream dan sudah bukan senjata utama untuk mencapai target cepat. Perbedaannya mungkin perubahan kebiasaan. Saat itu yang masih
mainstream adalah pemasaran properti via broker.
Didunia jasa, awal kali kami berkecimpung yaitu sekitar tahun 2008, dengan strategi menawarkan barang via chatting gratis dari M**T dan M**3*. Diluar dugaan, bisnis jasa tersebut bisa BEP dalam waktu 6 bulan, dan ROI dalam waktu 1 tahun. Saat ini masih
mainstream pola promo atau marketing via sms broadcast.
Nah, itulah sedikit ulasan atau opini kami kali ini, semoga bermanfaat.