Selasa, 10 Desember 2013

Tahun 2013 tinggal beberapa hari lagi. Dan sesaat lagi kita akan menuju tahun 2014. Tentunya banyak dari para pelaku bisnis ingin mengetahui mengenai bagaimana prediksi perekonomian tahun 2014 secara global, setelah di tahun 2013 mengalami berbagai kelesuan?
Berikut pendapat para pengamat perekonomian Indonesia yang kami kutip dari berbagai sumber.

(Liputan 6.com)

Dalam setahun terakhir, pasar keuangan dunia dibuat gejolak akibat pengaruh isu tapering off, batas utang AS, dan shutdown pemerintah federal AS.
Kondisi tersebut membuat modal asing segera keluar dari negara berkembang yang berdampak pada pelemahan hampir seluruh mata uang negara berkembang. Investor seolah masih menganggap aset dalam bentuk dolar AS sebagai safe heaven ketika ketidakpastian global meningkat.
"Dari semua faktor yang ada maka ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh 5,7% hingga akhir tahun ini, jauh di bawah perkiraan semula sebesar 6,3%," ujar Chairul ketika ditemui di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (3/12/2013).

Chairul menilai kebijakan BI menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) memang bertujuan mengendalikan inflasi dan defisit neraca transaksi berjalan. Sayangnya, kebijakan tersebut bagaikan pisau bermata dua. Investor menyadari bahwa tingginya bunga acuan dapat mengendalikan inflasi dan nilai tukar uang juga berimbas pada perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Kondisi ini memicu sentimen negatif terhadap perekonomian Indonesia yang ditandai dengan penarikan modal asing ke luar negeri. Akibatnya nilai tukar rupiah terus terperosok bahkan melewati Rp 11.500 per dolar AS.

"Ketidakpastian global dan domestik ternyata lebih tinggi dari perkiraan semula, ternyata sulit mengantisipasi dengan akurat apa yang akan terjadi, walaupun hanya satu tahun kedepan," tegasnya.

KEN (Komisi Ekonomi Nasional) menilai ketidakpastian ekonomi global maupun domestik masih akan tinggi pada 2014 meski banyak pihak berharap perekonomian dunia akan sedikit lebih baik. Ekonomi dunia masih harus menghadapi risiko yang sama besarnya dari kejutan yang dibuat AS terkait kebijakan tapering maupun isu batas utang dan anggaran yang belum tuntas.

Sementara pertumbuhan Eropa diperkirakan masih belum tumbuh terlalu kuat. Sementara di China dan India pun masih akan tumbuh dengan laju yang relatif lambat.

Sementara itu, mengutip berita Metrotvnews.com yang menulis : Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun 2014 akan mencapai 6 persen, lebih agresif dibandingkan tahun ini yang diperkirakan hanya mencapai 5,5-5,8 persen. Pemilihan Umum akan turut mendorong pertumbuhan tersebut.

"Kalau kita ketahui Indonesia tahun depan Pemilu, biasanya pertumbuhan ekonomi di dalam negeri bisa tambah sekitar 0,2-0,3%," ujar Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, di Jakarta, Jumat (4/10).

Ia menambahkan, bahwa perekonomian global di tahun depan akan lebih baik. Dengan kondisi tersebut, permintaan akan bahan baku mentah akan meningkat sehingga harga komoditas di pasar internasional sedikit naik.

Implikasinya, ekspor Indonesia akan kembali terdongkrak. Sehingga kinerja perdagangan nasional akan surplus. Sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja perdagangan Januari-Agustus 2013 defisit sebesar US$5,5 miliar.

Kendati begitu, Agus mengungkapkan perkembangan ekonomi eksternal terutama shutdown di Amerika Serikat, diharapkan dapat terjadi kesepakatan penambahan anggaran untuk stimulus perekonomian antara Pemerintah dengan parlemen di AS. Sehingga, shutdown ini tidak berkepanjangan.

"Kami (BI) juga melihat kebijakan pengurangan stimulus The Fed yang diumumkan akan dimulai pada Mei tahun depan. Kami berharap pengurangannya dilakukan secara bertahap dan tidak mendadak sehingga kami yakin kalau seandainya hal ini dilaksanakan dampaknya ke dunia tidak terlalu besar," jelas dia.

Secara terpisah, Bank Dunia justru lebih pesimis memproyeksikan laju memproyeksikan laju pertumbuhan Indonesia. Lembaga keuangan internasional yang berkantor pusat di AS itu menyatakan bahwa ekonomi Indonesia nasional akan semakin melambat menjadi 5,3% pada 2014 setelah hanya tumbuh 5,6% pada 2013.

Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Destry Damayanti yang memperkirakan pertumbuhan di tahun 2014 lebih rendah dari proyeksi BI. Ia menyebutkan pertumbuhan mencapai 5,8%. Dia mengatakan tahun depan laju pertumbuhan konsumsi domestik dan kinerja perdagangan Indonesia akan semakin baik dibandingkan 2013.

Peningkatan konsumsi domestik akan semakin kuat pada 2014 tanpa dampak inflasi dari penguatan BBM bersubsidi yang menahan laju pertumbuhan PDB 2013.

"Penguatan nilai komoditas ekspor akan mendorong ekspor, sedangkan impor masih rendah karena depresiasi rupiah," kata Destry di gedung Mahkamah Agung, kemarin.

    Bagaimana kita menyikapi wacana yang berkembang sedemikian rupa? Tentunya kita tetap harus Optimis dan statement positiflah yang seharusnya kita pegang, dimana kita berusaha agar bagaimanapun, minimal perekonomian kita dalam ruang lingkup yg lebih kecil mampu bertahan dari segala bentuk statement negatif tanpa bermaksud sedikitpun mengabaikan pendapat para pakar ekonomi. Dengan keadaan perekonomian kita lebih baik maka secara tidak langsung diharapkan ikut mampu menyumbang semangat positif dalam rangka penguatan perekonomian nasional.

Faktor anomali cuaca yang mengancam sektor pangan serta ketidakstabilan ekonomi dunia juga janganlah diabaikan agar, jikalau terjadi hal2 yang tidak kita inginkan semisal kerugian hendaknya bisa diminimalisir.

Semoga 2014 menjadi tahun pertumbuhan perekonomian yang lebih baik.

0 komentar:

Villiers Private Jet Charter

Popular Posts